JAKARTA, SCHOLAE.CO - Pihak Universitas Hasanuddin (Unhas) meminta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggelar debat ilmiah terkait disertasi mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang lulus dari kampus tersebut pada 2016 lalu.
Respons keras ditunjukkan pihak Unhas terkait tudingan salah
seorang pengurus IDI, Rianto Setiabudy, yang menyebut disertasi dokter Terawan
tentang "cuci otak" tidak kredibel.
Bahkan disebutkan, adanya dugaan tekanan yang diterima para
pembimbing dokter Terawan sehingga lulus dalam disertasi berisi metode
"cuci otak" tersebut.
Humas Unhas, Ishaq Rahman meminta Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) menjelaskan secara utuh pihak
yang menekan para pembimbing Terawan tersebut.
“Harusnya MKEK IDI bisa membuktikan tuduhannya itu. Tidak
berandai-andai. IDI harus bisa membuktikan bahwa para pembimbing Terawan
mendapat tekanan, saat melakukan uji disertasi. Sekaligus menyebut siapa nama
pihak yang menekan,” ujar Ishaq Rahman, dikutip Rabu (6/4).
Dikatakan Ishaq, tuduhan Rianto Setiabudy para pembimbing
Terawan di Universitas Hasanuddin sebenarnya tahu ada kekurangan dari terapi
"cuci otak" namun diam lantaran ditekan oleh pihak eksternal, sama
sekali tidak benar.
Metode Intra-Arterial Heparin Flushing (IAHF) digunakan
dokter Terawan merupakan modifikasi Digital Subtraction Angiography (DSA).
Salah satu kekurangannya adalah metode DSA Terawan menggunakan heparin.
Caranya, memasukkan kateter dari suatu pembuluh darah di
paha sampai ke otak dan akan dilepaskan ke kontras otak.
Terawan Agus Putranto diketahui tercatat sebagai mahasiswa
S-3 Universitas Hasanuddin. Disertasinya membahas soal terapi cuci otak.
Promotor Terawan kala itu, Prof Irawan Yusuf, mantan Dekan
Fakultas Kedokteran Unhas. Namun, dia tak bersedia diwawancara.
Walaupun demikian, Irawan Yusuf mengizinkan wawancaranya
dengan salah satu televisi pada tahun 2018 lalu yang ditayangkan di YouTube
untuk dikutip.
Irawan mengatakan, tidak ada masalah dengan metode
pengobatan Terawan.
"Saya katakan dalam dunia kedokteran itu, hampir semua
teknologi yang membuat terobosan selalu dimulai dari kontroversi. Tapi
kontroversi ini harus diselesaikan dengan riset panjang,” ujarnya.
Terawan dinilai mampu membuktikannya. Bahkan inovasinya
sudah diujicobakan ke beberapa orang. Termasuk ke penderita stroke.
“Terawan bisa mengubah DSA dari diagnosis menjadi terapi dengan menginjeksi Heparin ke pasien,” ungkap Irawan Yusuf.
Irawan Yusuf mengatakan dari sudut metode penelitian yang
digunakan dokter Terawan, ini sudah sesuai standar yang digunakan mahasiswa S-3
(Program Doktor) di Universitas Hasanuddin. (*/sumber:suarapemredkalbar)
Editor: Farida Denura