ARAH KITA | ARAH DESTINASI | ARAH PROPERTI | ARAH POLITIK | ARAH DESA

Najwa Shihab: Apa Gunanya Pakai Jaket Almamater, Kalau Cuma Gaya-gayaan

12 September 2022
Najwa Shihab: Apa Gunanya Pakai Jaket Almamater, Kalau Cuma Gaya-gayaan
News presenter, jurnalis dan aktivis media sosial Indonesia sekaligus founder Narasi, Najwa Shihab SH, LL.M ketika tampil sebagai pembicara dalam OSMARU (Orientasi Studi Mahasiswa Baru) Universitas Sahid, yang digelar secara offline pertama kali pascapandemic pada Rabu-Kamis, 7– 8 September 2022 di

JAKARTA, SCHOLAE.CO - News presenter, jurnalis dan aktivis media sosial Indonesia sekaligus founder Narasi, Najwa Shihab SH, LL.M ketika tampil sebagai pembicara dalam OSMARU (Orientasi Studi Mahasiswa Baru) Universitas Sahid, yang digelar secara offline pertama kali pascapandemi pada Rabu-Kamis, 7– 8 September 2022 di kampus Usahid Jakarta memberikan Pembekalan Wawasan Kebangsaan bertema, “Bangkit dan Berkarakter ”.

Di hadapan 700 mahasiswa baru USAHID, Najwa menantang mereka agar menjadi mahasiswa yang berpikir dan bersikap kritis dan asa kepekaan dan bersuara.

Menurut Najwa, ada banyak sekali isu dan tantangan di sekitar kita hari-hari ini. Caritahu apa itu, asa kepekaan dan  bersuara. Beranikan diri, untuk mengungkapkan pendapat pada hal-hal yang penting untuk diketahui orang. “Kalau masih muda tapi cari aman, mainnya netral-netralan apa gunanya status mahasiswa, apa gunanya jaket almamater yang dipakai ini cuma jadi gaya-gayaan, kalau hanya sekedar untuk foto selfie di medsos, tetapi kepekaannya tidak diasah?”tantang Najwa.

Najwa memantik semangat mahasiswa baru untuk berani berteriak pada hal-hal yang janggal dimana yang harus dilakukan pemuda hari-hari ini adalah mengurangi gap.

“Mahasiswa sekali lagi bukan hanya yang mencari ilmu tapi harus berdampak dan berpengaruh,”tegasnya.

Najwa mengajak mahasiswa baru,”Mari tumbuhkan kesadaran kritis kita, dan saya selalu mengharap banyak kepada mahasiswa sebagai kelompok pemuda yang seharusnya tidak punya kepentingan apapun selain kepentingan publik dan republik. Tumbuhkan kesadaran kritis, cari tahu apa yang penting, peduli”.

Saat ini menurut dia ada gap atau jarak yang cukup jauh, antara negara dengan aparatnya dengan warga negara. Ada ketimpangan, ada relasi kuasa yang makin lama-makin tidak seimbang antara aparat, pejabat, dengan kita warga negara. Dan mahasiswa harusnya bisa jadi kelompok yang merekatkan itu, harus bisa menemukan solusi-solusi atas berbagai persoalan yang ada.

“Siapa lagi, yang akan bisa membela warga yang ditangkap aparat serampangan. Siapa lagi yang membela mereka-mereka didaplok oleh oknum aparat kalau bukan mahasiswa? Mereka yang memperjuangkan hak atas lahan, siapa yang mau bersuara kencang kalau bukan mahasiswa yang lihat KPK makin lama makin dilemahkan, UU di jalan ugal-ugalan, maling-maling berdasi terus dapat keringanan hukuman dan polisi. Ya begitulan polisi, sambo-sambo. Kepada siapa kita bisa berharap suara-suara murni tanpa kepentingan apapun kalau bukan ada pada mahasiswa yang memang diajarkan untuk mencaritahu, memilih, dan memilah informasi yang tidak gampang dibohongi dan suka diskusi,” tantang Najwa lagi.

Lebih lanjut kata Najwa, sekarang itu ruang publik kita dipenuhi kebisingan sehingga terkadang kita tidak bisa membedakan mana yang sampah. Ada banyak sekali sampah khan informasinya, mana yang fakta dan siapa lagi kalau bukan mahasiswa yang diajarkan berpikir kritis? “Sekali lagi tumbuhkan kesadaran kritismu adik-adik,”ajaknya lagi.

Kini, teknologi akan menjadi kunci yang tak pernah lepas dari tangan kita sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Dan, itu bisa jadi alat yang sedemikian kuat. Ini era baru pergerakan. Informasi itu segalanya hari-hari ini. Dan siapa yang paling menguasai informasi ini kalau bukan kalian anak-anak muda yang sejak lahir pun sudah lihat Ipad. Ini generasi digital native khan yang seluruh hidupnya tergantung pada teknologi dari mulai makan semuanya pakai Grab food, Go Food dan lain-lain.

Seluruh hidup kita ada pada teknologi. Karenanya, mari gunakan itu bukan hanya untuk memperbaiki kualitas hidup kita. Tapi juga memperbaiki kualitas hidup orang lain. Ini era baru pergerakan dimana anak-anak muda bisa menggunakan platform teknologi untuk bergerak, berkumpul, memperluas jejaring, memperkuat solidaritas, dan juga menyatukan yang di ujung dan di ujung dari Aceh sampai Papua. Negeri kita luar bisa besar, beragam dan hanya lewat teknologi kita bisa menyatukan yang di Timor dan yang di Barat sehingga tidak ada yang tertinggal dalam penderitaan.

“Mari gunakan teknologi untuk menciptakan gerakan-gerakan yang bisa memultifikasi. Dan ada banyak sekali contohnya, kita memprotes bisa ke change.com bikin petisi. Ada orang yang teraniaya mari kita kumpulkan uang lewat crowd funding lewat kitabisa.com. Kita mau bikin Gerakan Indonesia Digital Trend. Sekarang lewat teknologi kita bisa belajar jarak jauh, kita bisa gali ilmu ada begitu banyak cara asal kita mau lakukan dan perubahan itu perlu didorong,”lanjut Najwa.

Kata Najwa, kalau mahasiswa tidak galau, tidak resah itu artinya tidak cukup peka, tidak cukup punya sensitivitas untuk memahami apa yang dialami oleh orang sekitar. “Hidup bukan tentang kita dan apa yang ada di medsos kita adik-adik. Hidup itu juga tentang keseharian orang-orang di sekitar kita. Jadi harus galau, harus resah, harus bertanya-tanya dan yakinlah dalam perjalanan kalian menjadi mahasiswa dan seterusnya pasti ada kebingungan, kalian akan berada di persimpangan ketika mempertanyakan berbagai keputusan yang kalian ambil. Kalian akan meragukan mungkin ilmu yang kalian tempuh, kalian ragu akan jurusan yang tepat bahkan kalian akan mempertanyakan pertemanan, kalian akan mempertanyakan mimpi, masa depan, dunia. Pasti akan ada momen-momen itu. Tapi tidak apa-apa karena sekali lagi, maba- itu justru itu Manusia yang bertanya-tanya. Itu artinya MaBa,"ungkapnya.

MaBa Itu Manusia yang Bertanya-tanya

MaBa kata dia justru harus terus mempertanyakan hal-hal yang dianggap janggal. Karena kalian itu bukan calon tenaga kerja, kalian itu calon pemimpin bangsa dan pemimpin tidak pernah dilahirkan dari seorang cerdas yang terpenjara di dalam kelas. Pemimpin sambungnya, tidak lahir dari orang-orang yang terpenjara dari tembok-tembok kampus. “Kalau hanya mau jadi tenaga kerja, ngapaian kuliah bagus-bagus di Sahid? Kalian harus jadi pemimpin bangsa yang punya kepekaan, kegalauan, dan memegang teguh pada nilai-nilai dan itu yang harus kalian usahakan selama menjadi mahasiswa di sini,”tegasnya.

Menjawab pertanyaan salah seorang mahasiswa baru Najwa mengatakan keragamanan negeri ini harus terus-menerus dirayakan. Saat ini kata dia bukan jamannya sensi sama orang beda agama, SARA, orang yang pemahamannya beda dengan kita. “Wawasan kebangsaan itu salah satunya belajar untuk tahu betapa beragamnya negeri ini merayakan kekayaan itu. Wawasan kebangsaan itu salah satunya adalah terus menerus menjaga integritas, nilai-nilai keadilan, antikorupsi dan itu yang harus terus ditempa dan akan kita alami kalau kita memang banyak bergaul, belajar untuk memaknai nilai-nilai yang kita alami. Ada banyak hal penting yang harus kita jaga,”ungkap Najwa.

Menurut dia pemahaman terhadap wawasan kebangsaan dan keluasan negeri harus terus menerus diusahakan. Toleransi harus dijunjung, tidak sensi terhadap perubahan. Keberagaman negeri ini harus terus menerus dirayakan. 

Lebih lanjut Najwa mengatakan bahwa kampus perlu terus membuka diri pada perubahan dan beradaptasi dengan kebaruan agar belajar menjadi proses yang menyenangkan dan kreatifitas terus ditumbuhkembangkan. Mahasiswa yang akan mengharumkan Indonesia dengan karya.

Najwa juga berpesan agar mahasiswa baru dapat berpikir jauh kedepan, menentukan prioritas, membuat terobosan, menjaga konsistensi, visioner, tidak melupakan kultur lokal dan bangga menjadi Indonesia ketika berselancar di dunia international. Masa depan harus disiapkan dari sekarang, bukan dinantikan. Mahasiswa adalah anak muda pilihan yang berkesempatan mereguk dalamnya sumur ilmu pengetahuan.

Sesuai core value Universitas Sahid yaitu Kewirausahaan & Kepariwisataan, OSMARU kali ini mengangkat nuansa Indonesia Timur sebagai bentuk dukungan untuk pemulihan pariwisata Indonesia yang menghadirkan ragam budaya dan tarian nusantara. Ketua Panitia OSMARU 2022, Tanjung Prasetyo, SE,MP (Kepalaa. Pusat Pengembangan Pendidikan BPMPP), saat ditemui mengatakan bahwa tema   Bangkit dan Berkarakter diartikan yakni Bangkit menjadi mahasiswa berprestasi dengan inovasi dan kreatifitas yang bermanfaat bagi masyarakat serta Berkarakter yang berkebangsaan dengan berciri kepariwisataan dan kewirausahaan.

OSMARU dimulai pada pukul 08.00–17.00 WIB dibuka dengan penayangan teaser welcome to Usahid dan wonderland Indonesia di lanjutkan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Usahid.

Hikmah Pembelajaran

Sambutan hangat bagi mahasiswa baru disampaikan Rektor USAHID  Prof Dr. Ir. Kholil, M.Kom., IPU didampingi para Wakil Rektor. Bahwa adanya pandemi juga memberikan hikmah pembelajaran bagi mahasiswa. Kondisi ini diharapkan dapat memicu kreativitas dan inovasi semua pihak, disamping menguatkan implementasi adaptasi kebiasaan baru, yang saat ini masih masa transisi perkuliahan secara online dan ofline. Menjadi mahasiswa artinya memasuki fase kehidupan baru.

Turut memberikan sambutan Ketua Umum Yayasan Sahid Jaya – Prof. Dr. Nugroho B. Sukamdani, MBA, BET bahwa menjadi mahasiswa Universitas Sahid merupakan suatu kesempatan besar untuk membawa perubahan di masa depan. Mahasiswa akan belajar bekerjasama, berdiskusi aktif, melempar gagasan dan mewujudkan banyak pemikiran yang berguna bagi masyarakat.  Mahasiswa harus bisa menghargai keberagaman dan kebhinekaan, mengasah kreativitas, berkomunikasi, menjalin relasi dan berkolaborasi, mengasah kepemimpinan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, yang merupakan tujuan pembelajaran di Universitas Sahid.

Rangkaian acara OSMARU diisi dengan pemakaian jaket almamater oleh Ketua Umum Yayasan Sahid Jaya di damping Rektor kepada perwakilan mahasiswa baru dari 5 fakultas sebagai symbol mahasiswa baru secara resmi menjadi mahasiswa Universitas Sahid. Dilanjutkan dengan Penyerahan secara simbolis Beasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar), BPU (Beasiswa Prestasi Unggulan) dan YBJ  (Yayasan Beasiswa Jakarta). Informasi mengenai layanan akademik dan keuangan di sampaikan oleh Moch. Sambas, SE, MM, Direktur Administrasi Akademik dan Ester Dwi Wahyuni, SE, MM, Direktur Keuangan & Bisnis.

Pengenalan Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Sahid yaitu Pariwisata dan Kewirausahaan juga disampaikan kepada mahasiswa baru. Aktivitas Pariwisata & Kewirausahaandi bahas dalam talk show oleh para Dosen Universitas Sahid yaitu Ismayanti Istanto, A.Par, M.Sc; Kania Ratnasari, ST,MIB; Tiku Purwowiratno, SE dan Muhammad Imam, S.Kom dengan moderator Euis Widiati, SE., MM. Guna membentuk karakter mahasiswa baru agar ketika lulus memiliki karakter berwirausaha, dibahas dalam Sharring Session dengan alumni sukses Universitas Sahid.

Untuk pengenalan fakultas, program studi, BEM dan HMP, para mahasiswa baru di arahkan ke fakultas masing-masing dan dilanjutkan dengan cek urine oleh BNN sebagai implementasi Usahid sebagai kampus anti narkoba. Overview pembinaan mahasiswa disampaikan direktur kemahasiswaan, pengembangan karakter dan alumni – Nani Rohani, SH, untuk memberikan pembekalan kepada mahasiswa baru agar dapat lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus dan sistem pendidikan di perguruan tinggi.

Dalam OSMARU juga ada inspiring session bersama para mahasiswa berprestasi Usahid dalam 7 bidang prestasi, diantaranya Naufal Dimas (Duta Anti Kekerasan); Irene (Prestasi Akademik); Hilda (Olahraga); Islamiati (Seni Fashion); Halimatu Sadiyah (Duta Bahasa); Sodiqun (program kreativitas mahasiswa); dan Ferianto ( Pengabdian masyarakat) dengan moderator , Yasser Arafat, SM (Head of Marketing).

Inspiring session diharapkan dapat menggugah motivasi, semangat, dan rasa percaya diri mahasiswa baru untuk berprestasi. Pengenalan UKM (unit kegiatan mahasiswa) juga ditampilkan dengan parade UKM dan kegiatannya, dilanjutkan pemberian motivasi oleh motivator Aris Ahmad Jaya, MM tentang bangkit & berkarakter. OSMARU ditutup dengan pagelaran budaya oleh para mahasiswa baru.

 

 

 

 

 

 

 


Editor: Farida Denura
KOMENTAR